MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA MAHASISWA
Permasalahan dan Upayanya
Oleh :
RATNA KRISWIJAYANTI
NIM : A2D309003
PROGRAM S I ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2009
MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA MAHASISWA
Permasalahan dan Upayanya
Oleh :
RATNA KRISWIJAYANTI
NIM : A2D309003
PROGRAM S I ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2009
MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA MAHASISWA
Permasalahan dan Upayanya
Permasalahan dan Upayanya
I. PENDAHULUAN
Minat baca adalah kekuatan yang mendorong untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat baca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.
Majunya sebuah bangsa tidak pernah lepas dari kegiatan belajar-mengajar yang berhasil. Belajar sendiri sangat identik dengan membaca. Membaca apa saja, mulai dari bahan hasil print media cetak ataupun media elektronik. Buku adalah satu dari beberapa jenis media yang banyak memberikan ilmu pengetahuan. Jenis buku itu sendiri dapat bermacam-macam, mulai dari buku pelajaran sampi buku cerita/novel. Selain buku, masih banyak lagi media lainnya yang bisa membagi informasi, ilmu pengetahuan dan wawasan. Contohnya adalah Koran, majalah, tabloid, dan yang paling canggih karena menggunakan media elektronik adalah internet. Namun, ternyata peminat bacaan kedua jenis media di atas adalah sangat rendah.
Kita bisa melihat seperti di perpustakaan, ada waktu ramai dan senggang dikunjungi orang. Pada waktu ramai misalnya, siswa/ mahasiswa akan berdatangan ke perpustakaan untuk membuat PR atau tugas, mencari bahan kuliah,atau mencari referensi. Itu semua adalah tuntutan sebagai salah satu kewajiban yang harus dipikul oleh seorang pelajar. Tapi, di luar itu apakah mereka akan membaca lagi? Jawabannya adalah “belum tentu”.
Rendahnya motivasi membaca ini juga diungkapkan oleh James Moffet, seorang spesialis seni bahasa dan co-pengarang buku Student-Centered Language Art K-12 mengatakan bahwa persoalan-persoalan membaca disebabkan oleh rendahnya motivasi siswa untuk membaca.
Majunya sebuah bangsa tidak pernah lepas dari kegiatan belajar-mengajar yang berhasil. Belajar sendiri sangat identik dengan membaca. Membaca apa saja, mulai dari bahan hasil print media cetak ataupun media elektronik. Buku adalah satu dari beberapa jenis media yang banyak memberikan ilmu pengetahuan. Jenis buku itu sendiri dapat bermacam-macam, mulai dari buku pelajaran sampi buku cerita/novel. Selain buku, masih banyak lagi media lainnya yang bisa membagi informasi, ilmu pengetahuan dan wawasan. Contohnya adalah Koran, majalah, tabloid, dan yang paling canggih karena menggunakan media elektronik adalah internet. Namun, ternyata peminat bacaan kedua jenis media di atas adalah sangat rendah.
Kita bisa melihat seperti di perpustakaan, ada waktu ramai dan senggang dikunjungi orang. Pada waktu ramai misalnya, siswa/ mahasiswa akan berdatangan ke perpustakaan untuk membuat PR atau tugas, mencari bahan kuliah,atau mencari referensi. Itu semua adalah tuntutan sebagai salah satu kewajiban yang harus dipikul oleh seorang pelajar. Tapi, di luar itu apakah mereka akan membaca lagi? Jawabannya adalah “belum tentu”.
Rendahnya motivasi membaca ini juga diungkapkan oleh James Moffet, seorang spesialis seni bahasa dan co-pengarang buku Student-Centered Language Art K-12 mengatakan bahwa persoalan-persoalan membaca disebabkan oleh rendahnya motivasi siswa untuk membaca.
II. PERMASALAHAN
A. Indikator Rendahnya Minat Baca Mahasiswa
Berdasarkan beberapa kajian dan artikel yang diakses dari internet, ada beberapa indikator yang dapat diidentifikan sebagai faktor yang mempengaruhi minat baca mahasiswa, sebagai berikut ini.
- Seperti info yang dikutip dari sebuah situs, kurangnya minat baca pada mahasiswa pada umumnya dapat dibuktikan dari jumlah buku yang terbit di Indonesia. Jumlahnya hanya mencapai 5000-10.000 judul buku per tahun. Angka tersebut sangat kecil kalau dibandingkan dengan Malaysia yang menerbitkan 15.000 judul buku per tahun, dan Inggris lebih dari 100.000 judul per tahun.
- Dan juga dari berbagai sumber informasi yang dapat dipercaya, menunjukkan ada indikasi bahwa minat baca masyarakat masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 yang menunjukkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih banyak tertarik dan memilih untuk menonton TV (85,9%) dan atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%) (www.bps.go.id, diakses tanggal 24 Desember 2007).
B. Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca Mahasiswa
Mengapa minat baca mahasiswa dikatakan rendah? Ada banyak hal yang dikatakan oleh Arixs yang menjadi penyebab rendahnya minat baca pada mahasiswa, yaitu:
- Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak/ siswa/ mahasiswa harus membaca buku, mencari informasi/ pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, sastra, dan lain-lain.
- Banyaknya tempat hiburan dan jenis hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian mereka dari menbaca buku.
- Budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Budaya tutur masih dominan daripada budaya membaca.
- Sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka.
- Tidak meratanya penyebaran bahan bacaan di berbagai lapisan masyarakat.
- Dorongan membaca tidak ditumbuhkan dalam jenjang pendidikan praperguruan tinggi.
III. UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA MAHASISWA
Berbagai rujukan di atas memberikan suatu hipotesis bahwa minat baca mahasiswa rendah. Sementara itu, infrastruktur yang mengkondisikan agar minat baca tumbuh dan berkembang. Maka, perlu upaya-upaya yang dilakukan agar minat baca dapat tumbuh sejak anak usia sekolah atau bahkan sejak dini.
Beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan minat baca pada mahasiswa ini antara lain dilakukan dengan cara :
- Proses pembelajaran di kampus harus dapat mengarahkan kepada peserta didik untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau sumber belajar lainnya. Disinilah peran dosen sebagai pendidik dan pengajar memberikan motivasi melalui pembelajaran mata pelajaran yang relevan memberi tugas kepada peserta didiknya.
- Menekan harga buku bacaan maupun buku pelajaran agar terjangkau oleh daya beli pelajar dan mahasiswa.
- Buku bacaan dikemas dengan gambar-gambar yang menarik. Bahkan seorang penulis Henny Supolo Sitepu mengemukakan bahwa komik adalah salah satu bentuk bacaan yang bisa menjadi salah satu “pintu masuk” untuk kesenangan anak membaca. Pesan yang disampaikan mudah dicerna anak. Komik, semisal Tintin, dari gambar tokohnya sudah bisa “berbicara” dan bikin tertawa. Bahkan anak yang belum bisa baca-tulis pun akan menangkap ceriteranya.
- Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca mahasiswa. Baik di rumah maupun di sekolah.
- Menumbuhkan minat baca sejak dini. Bahkan sejak anak mengenal huruf. Di rumah orang tua memberikan contoh membaca untuk anak-anaknya.
- Meningkatkan frekuensi pameran buku di setiap kota/ kabupaten dengan melibatkan penerbit, LSM, perpustakaan, masyarakat pecinta buku, Depdiknas, dan sekolah-sekolah. Dengan mewajibkan pelajar dan mahasiswa untuk berkunjung pada pameran buku tersebut.
- Membentuk forum-forum diskusi yang tujuan utamanya adalah menumbuhkan dan meningkatkan minat baca para mahasiswanya sekaligus sebagai dasar membuat tulisan karena dalam forum ini mahasiswa akan meresensi buku yang disediakan pihak kampus.
- Kegiatan bedah buku dan semacamnya dengan harapan kesadaran mahasiswa akan pentingnya buku akan tumbuh.
IV. PEMANFAATAN TEORI KOMUNIKASI
Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin communication dan berasal dari bahasa inggris communis yang berarti sama, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Secara terminologis berarti proses penyampaian penyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Menurut Joseph A Devito adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan yang mendapat distorsi dan gangguan-gangguan yang menimbulkan efek dan kesempatan arus balik. Dan menurut Carld I Hoveland (1955) komunikasi adalah proses yang mana seorang individu (komunikator) mengoperkan stimuli (biasanya menggunakan lambing-lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu (komunikan) yang lain.
Jadi komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).
Dalam masalah ini penulis menggunakan teori komunikasi 2 teori yaitu:
Menurut Joseph A Devito adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan yang mendapat distorsi dan gangguan-gangguan yang menimbulkan efek dan kesempatan arus balik. Dan menurut Carld I Hoveland (1955) komunikasi adalah proses yang mana seorang individu (komunikator) mengoperkan stimuli (biasanya menggunakan lambing-lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu (komunikan) yang lain.
Jadi komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).
Dalam masalah ini penulis menggunakan teori komunikasi 2 teori yaitu:
- Teori Model Lasswell adalah Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
- Teori Ketergantungan (Dependency Theory) Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball Rokeach dan Melvin Defleur. Di dalam model mereka, mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar. Teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan tentang minat baca pada mahasiswa tersebut di atas, dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini.
- Bahwa minat baca masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa relatif rendah. Mereka lebih senang mencari hiburan pada acara di TV, warnet, mall, play station atau tempat hiburan lainnya di banding membaca buku di perpustakaan.
- Universitas dan dosen belum membudayakan mahasiswa untuk menggunakan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar. Sehingga mahasiswa sangat rendah apresiasinya terhadap karya sastra maupun buku maupun karya tulis lainnya.
- Minimnya koleksi buku-buku di perpustakaan. Di samping itu, perpustakaan yang ada tidak dikelola secara profesional.
- Jumlah perpustakaan tidak sepadan dengan jumlah penduduk di Indonesia. Sebagai contoh tidak semua kota/kabupaten di Indonesia memiliki perpustakaan. Sekarang kita baru memiliki 261 perpustakaan dari sekitar 450 kabupaten/kota se-Indonesia, ini berarti masih banyak kabupaten/kota yang belum memiliki perpustakaan.
B. Saran
Minat baca sebaiknya ditumbuhkan sejak usia dini yaitu sejak masa kanak-kanak. Minat membaca pada anak tidak akan terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh lingkungan anak. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dalam menanamkan, menumbuhkan dan minat baca anak. Anak-anak bisa diberi buku anak-anak seperti dongeng, legenda, dan buku cerita lainnya. Cerita dalam karya ini mengalir sedemikian rupa yang membuat anak-anak tertarik membacanya. Aktivitas seperti ini merupakan langkah awal yang baik untuk menggerakkan kemauan membaca.
REFERENSI
Arixs. 2006. Enam Penyebab Rendahnya Minat Baca. TOKOH, Bacaan Wanita dan Keluarga. Senin, 29 Mei 2006.
Hari Karyono Menunbuhkan minat baca sejak dini [online] Tersedia :http:// www.rumahcendaskreatif.com, diakses tanggal 25 desember 2009
Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Dedy, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Buku, jurnal, dan sumber dari internet yang relevan.
Yups..sepakat dan setuju. sudah saatnya Indonesia berperadaban dengan baca dan tulis, terutama generasi mudanya. Ndak cuma kuliah asal lulus tanpa bekal apa-apa.Semangat muda semangat membaca
BalasHapusSetuju Sekali,Membaca adalah Faktor utama Malahan paling penting Bagi Seluruh kaum!Dari situlah kita mendapat informasi
BalasHapusTerima kasih atas pemaparan materinya... Sangat membantu saya dalam menyusun karya ilmiah saya. Semoga terus bermanfaat. :D
BalasHapusMenangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
BalasHapusKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com