Minggu, 07 November 2010

PILIH BAYI LAKI-LAKI ATAU PEREMPUAN

Berbagai riset dalam dua dekade terakhir membuktikan beberapa metode efektif menentukan jenis kelamin bayi sesuai keinginan orang tua. Ada yang perlu bantuan ahli, ada pula yang bisa Anda lakukan sendiri. Namun, orang tua harus berbesar hati, apapun jenis kelamin janin harus Anda terima dengan rasa syukur dan suka cita. Berikut beberapa cara yang dapat dicoba:
  • Inseminasi
    Memisahkan kromosom X dan Y. Tingkat keberhasilannya 76%. Metode ini harus dilakukan oleh dokter spesialis kandungan dan kebidanan yang ahli inseminasi (in vitro fertilization/IVF). Anda bisa mengunjungi klinik khusus atau rumah sakit yang melayani pembuahan IVF dan bayi tabung.
  • Teori asam-basa
    • Untuk mendapatkan anak laki-laki dilakukan hubungan seksual pada masa subur perempuan karena kromosom Y suka dengan suasana vagina yang basa. Sedangkan untuk mendapatkan anak perempuan dengan melakukan hubungan seksual 2 hari sebelum masa subur karena kromosom X sangat suka dengan suasana asam di vagina.
  • Mengatur Pola Makan
    • Banyak penelitian tentang metoda memilih jenis kelamin melalui pola makan. Contohnya, pengaturan pola makan sebelum konsepsi, yakni 1,5 bulan sebelumnya. Angka keberhasilannya sekitar 80%. Juga ada yang berpendapat, banyak mengonsumsi makanan bersifat basa, seperti daging dan seafood sebelum hamil, meningkatkan kemungkinan memiliki anak laki-laki.
  • Teori "Siapa yang paling dulu mencapai puncak"
    • Bila ingin mendapatkan anak perempuan, sebaiknya suami ejakulasi terlebih dahulu sehingga suasana vagina menjadi asam. Sedangkan untuk mendapatkan anak laki-laki, sebaiknya istri yang terlebih dahulu orgasme sehingga suasana vagina menjadi basa. Untuk memeriksa keberhasilan dari usaha yang sudah dilakukan bisa dengan melakukan USG pada usia kehamilan 15 minggu. Tapi tetap saja orang tua harus berbesar hati, apapun jenis kelamin janin harus Anda terima dengan rasa syukur dan suka cita.

Jumat, 29 Oktober 2010

GULAI PEDAS KEPALA KAKAP


Bahan :
3 kepala kakap bersihkan, belah dua
4 siung bawang putih iris halus
5 siung bawang merah iris halus
4 bh cabe merah iris menyerong
3 bh cabe hijau iris menyerong
7 bh cabe rawit
1 bh tomat iris bulat
4 bh blimbing wuluh dipotong-potong
1 lb daun salam
2 lb daun jeruk
1 btg sereh dimemarkan
1 ruah jahe dimemarkan
1 iris lengkuas
1 ruas kunir bakar, haluskan
1 lt santan
1/2 lt air
merica bubuk secukupnya
garam dan gula pasir secukupnya

Cara memasak:
1. Panaskan air hingga mendidih, masukkan kepala ikan kakap,
2. Tumis bawang merah, bawang putih, cabe merah dan cabe hijau hingga   
    harum,
3. Masukkan kunir bakar yang sudah dihaluskan,
4. Lalu masukkan pula tomat, blimbing wuluh, daun salam, daun jeruk, sereh, 
    jahe dan lengkuas,
5. Masukkan tumisan ke dalam panci kepala ikan kakap yang sudah mendidih,
6. Tuang santan
7. Beri merica bubuk, garam dan gula pasir secukupnya
8. Masak hingga matang dan sajikan.

Selamat Mencoba

Rabu, 15 September 2010

REBUNG

Tunas Bambu


Rebung merupakan tunas muda tanaman bambu yang muncul di permukaan dasar rumpun. Tunas bambu muda tersebut enak dimakan, sehingga digolongkan ke dalam sayuran. Dalam bahasa Inggris, rebung dkenal dengan sebutan bamboo shoot.

Rebung dilindungi oleh kelopak-kelopak kuat. Rebung tumbuh dibagian pangkal rumpun bambu dan biasanya dipenuhi oleh glugut yang berbulu halus (rambut bambu) yang gatal. Morfologi rebung berbentuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun bambu, tetapi warnanya cokelat. Menurut klasifikasi botani, tanaman bambu termasuk kelas Monocotyledoneae, ordo Graminales, subfamili Dendrocalamae, genus Dendrocalamus, spesies Dendrocalamus asper.

Pemanenan rebung dapat dilakukan sepanjang tahun. Panen raya rebung terjadi pada musim hujan, yaitu antara bulan Desember-Februari. Biasanya rebung dipanen saat tingginya telah mencapai 20 cm dari permukaan tanah, dengan diameter batang sekitar 7 cm. Apabila terlambat dipanen, dalam 2-4 bulan saja rebung sudah menjadi tanaman bambu lengkap. Biasanya rebung yang diambil adalah rebung yang tidak bisa tumbuh dewasa.

Untuk mengambil rebung dari rumpun bambu tidaklah sulit Dengan menggunakan pisau besar, sabit, atau alat lain, rebung dapat dipotong pada bagian pangkalnya. Setelah itu, rebung dikupas untuk dibuang glugutnya.Setelah dicuci sampai bersih, rebung kemudian dipotong-potong kecil sesuai selera.

Di pasaran, rebung dijual dalam dua bentuk, yaitu bentuk utuh dan bentuk irisan-irisan tipis.

Jenis Bambu


Bambu banyak ditanam di daerah tropis Asia. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai di tempat dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.

Tidak semua jenis bambu memiliki rebung yang enak dimakan. Beberapa jenis bambu memiliki rebung yang rasanya pahit Rebung yang biasa dibuat masakan, merupakan rebung pilihan.
Tidak semua rebung dapat diolah menjadi masakan. Bambu janis apus (pring apus dalam bahasa Jawa) merupakan salah satu janis bambu yang tidak dapat diolah menjadi masakan, karena rasanya pahit. Jenis rebung yang memiliki cita rasa enak adalah rebung kuning, rampal atau suling, ori, dan ater.

Rebung dari bambu betung memiliki rasa paling enak. Rebung betung berwarna merah cokelat dan subang (ujung kelopak) pada ujung rebung berwarna ungu.

Kaya Kalium


Senyawa utama dalam rebung mentah adalah air, yaitu sekitar 91
%. Disamping itu, rebung mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, thiamin, riboflavin, vitamin C, serta mineral lain seperti kalsium, fosfor, besi, dan kalium. Bila dibandingkan dengan sayuran lainnya, kandungan protein, lemak, dan karbohidrat pada rebung, tidak berbeda jauh.
Rebung mempunyai kandungan kalium cukup tinggi. Kadar kalium per 100 gram rebung adalah 533 mg. Makanan yang sarat kalium, yaitu minimal 400 mg, dapat mengurangi risiko stroke.
Peran kalium mirip dengan natrium, yaitu bersama-sama dengan klorida, membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam basa. Kalium menjaga tekanan osmotik dalam cairan intraseluler, dan sebagian terikat dengan Protein.

Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim, seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat Gejala kekurangan kalium biasanya berupa pelunakan otot.


Kaya Serat


Kandungan serat pangan pada rebung cukup baik. Kandungan serat pangan pada rebung adalah 2,56
%, lebih tinggi dibandingkan jenis sayuran tropis lainnya, seperti kecambah kedelai (1,27 %), pecay (1,58 %), ketimun (0,61 %), dan sawi (1,01 %).

Serat pangan (dietary fiber) sempat cukup lama diabaikan sebagai faktor penting dalam gizi manusia karena tidak menghasilkan energi. Selain itu, kekurangan serat tidak menimbulkan gejala spesifik, seperti halnya yang terjadi pada kekurangan zat-zat gizi tertentu.

Akhir-akhir ini, melalui penelitian epidemiologis telah dibuktikan peran fisiologis serat pangan terhadap usus. Kurangnya konsumsi serat dapat menyebabkan penyakit ala masyarakat barat, seperti aterosklorosis (penyumbatan pembuluh darah), koroner, diabetes melitus (kencing manis), hiperkolesterolemia (kelebihan kolesterol), hipertensi, hiperlipidemia (kelebihan lemak), dan kanker kolon (usus besar).

Serat pangan adalah senyawa berbentuk karbohidrat kompleks yang banyak terdapat pada dinding sel tanaman pangan. Serat pangan tidak dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan manusia, tetapi memiliki fungsi yang sangat panting bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi.

Rata-rata konsumsi serat pangan penduduk Indonesia adalah 10,5 gram per hari. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi kebuhahan serat sekitar dan kebutuhan ideal sebesar 30 gram setiap hari.

Olahan Rebung

Dalam pengobatan tradisional, rebung kuning kerap digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Rebung telah lama digunakan untuk mengobati penyakit batuk berdahak dan demam. Untuk menjadikannya ramuan berkhasiat, tidak ada cara khusus.

Rebung dapat dinikmati sebagai sayuran tunggal atau sebagai campuran isi lumpia, oseng-oseng, sayur rebus, serta gulai santan. Rebung juga sering dibuat asinan maupun acar yang sangat enak untuk dijadikan kudapan. Bahkan rebung dapat dijadikan tepung dan cuka.

TIPS

Untuk mengurangi risiko keracunan, sebaiknya rebung dicuci bersih kemudian direbus. Saat merebus, campurkan garam secukupnya supaya bau pesing khas rebung tak tercium lagi.

Kamis, 29 Juli 2010

PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN JEPARA SEBELUM DAN SESUDAH KERUSUHAN MASSA TAHUN 1998

-->A. Latar Belakang
Perkembangan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari sejarah manusia karena perpustakaan adalah produk manusia. Dan salah satu prinsip kepustakawanan adalah perpustakaan harus tumbuh berkembang karena perpustakaan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan sumber daya manusia guna mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Posisi strategis perpustakaan sebagai sarana pendidikan non formal, dalam skala luas sangat dibutuhkan untuk menunjang program belajar sepanjang hayat ( Long Live Education ) bagi masyarakat.
Perpustakaan yang berkembang sekarang telah dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagai jasa layanan yang lain. Hal tersebut telah ada sejak dulu dan terus berproses secara alamiah menunjuk kepada suatu kondisi dan tingkat perbaikan yang signifikan meskipun belum memuaskan semua pihak.
Perpustakaan sebagai pusat informasi dan masyarakat yang membutuhkan informasi ibarat dua sisi mata uang yang saling berhubungan yang tak dapat dipisahkan. Hal itu dapat terwujud bila perpustakaan sudah siap melayani dengan sumber informasi yang memadai.
Selain itu perpustakaan juga sebagai rangkaian catatan sejarah masa lalu yang merupakan hasil budaya umat manusia yang sangat tinggi. Di dalam perpustakaan tersimpan harta dari masa silam dalam wujud karya sastra, buah pikiran, filsafat, teknologi, peristiwa-peristiwa besar sejarah umat manuasia, dan ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu secara sederhan dapat dikatakan bahwa perpustakaan merupakan hasil budaya dan catatan (record) perjalanan sejarah umat manusia. Sementara itu segala sesuatu yang terjadi dapat direkam dan dibukukan untuk disimpan, di lestarikan dan diabadikan di perpustakaan kemudian dimanfaatkan bersama-sama bagi kehidupan seluruh umat (Sutarno, 2006).
Keberadaan sebuah perpustakaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat karena adanya hubungan kausal atau adanya hubungan sebab dan akibat. Artinya:
1. Adanya keinginan atau kehendak dari sekelompok masyarakat atau golongan tertentu. Masyarakat umum menghendaki adanya perpustakaan umum, masyarakat sekolah menghendaki adanya perpustakaan sekolah, perguruan tinggi menghendaki disediakan perpustakaan perguruan tinggi, dan masyarakat khusus atau kedinasan juga menginginkan tersedianya perpustakaan kedinasan
2. Adanya suatu akibat yang ditimbulkan atas suatu penyebab. Akibat itu dapat berupa suatu respon atau reaksi dari organisasi atau lembaga, baik lembaga pemerintahan, unit kerja, pemimpin atau penanggung jawab. Suatu tindakan, kebijakan, ataupun sikap yang diambil tersebut berupa upaya atau kegiatan dan tindakan untuk membangun atau mendirikan sebuah perpustakaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka keberadaan sebuah perpustakaan merupakan sesuatu yang conditio sine quano yaitu sesuatu yang tidak boleh tidak. (Sutarno, 2006)
Namun juga perlu diingat bahwa walaupun perpustakaan tumbuh berkembang, tidak semua perpustakaan selamat. Perpustakaan Iskandaria yang besar itu kini lenyap tidak berbekas. Demikian pula ratusan perpustakaan biara dan katedral di Inggris, semua rusak binasa. Juga sejarah menyaksikan bahwa perpustakaan dengan koleksi lempengan tanah liat, gulungan papirus dan codex parchmen juga lenyap dari sejarah.
Keberadaan perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara juga pernah mengalami hal yang sama. Menurut catatan sejarah masyarakat Kabupaten Jepara tentang keberadaan dan perkembangan Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa perpustakaan sudah ada sejak tanggal 16 Agustus 1984 dengan koleksi buku sekitar 1000 eksemplar. Pada tahun 1998 di Indonesia terjadi rangkaian konflik masyarakat dalam berbagai bentuk hingga terjadinya kerusuhan massa. Salah satu isu yang menonjol pada saat itu adalah SARA. Di Kabupaten Jepara juga terjadi peristiwa yang sama pada hari Selasa tanggal 7 Juli 1998. Akibat dari peristiwa pada saat itu tidak hanya memporak prandakan komplek kantor Bupati Jepara tetapi juga membakar gedung korpri dan gedung Perpustakaan Umum Kabupaten Jepara yang baru diresmikan sekitar dua bulan. Selain gedung perpustakaan, koleksi serta seluruh perabot perpustakaan musnah dilalap api dengan jumlah buku yang ikut terbakar 10.500 eksemplar. Kemudian pada tanggal 10 April 1999 bertepatan dengan Hari Jadi Kota Jepara, dirintis terwujudnya kembali Perpustakaan Umum oleh Bupati Jepara pada saat itu Bapak Drs. H. Soenarto dengan koleksi hanya sekitar 750 eksemplar. Biaya sepenuhnya dari Pemerintah Kabupaten Jepara dibantu oleh Perpustakaan Propinsi Jawa Tengah.
Pada tahun 2010 ini Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara telah memiliki lebih dari 50.000 eksemplar berupa buku yang dibagi menjadi beberapa tempat diantaranya Kantor perpustakaan sendiri, tiga warung baca dan tiga perpustakaan keliling. Selain itu perpustakaan juga memiliki koleksi lain berupa alat peraga edukatif, bendel tiga koran nasional dari tahun 2005 hingga sekarang. Beberaa yang lain seperti bendel beberapa majalah baik majalah anak-anak maupun majalah dewasa.
Untuk menyelenggarakan sebuah perpustakaan yang mandiri dan mampu memberikan layanan yang maksimal kepada masyarakat agar perpustakaan berkembang dengan baik maka harus didasarkan salah satunya pada filosofi. Filosofi perpustakaan merupakan sebuah landasan untuk membangun, membentuk, menyelenggarakan, mengembangkan dan memberikan layanan perpustakaan. Dalam tataran filosofi ini biasanya dikaitkan dengan beberapa pertanyaan yang mendasar tentang perpustakaan, mengapa perpustakaan didirikan, apa tujuannya, siapa yang membangun, bagaimana kelangsungannya di masa depan, bagaimana perkembangannya dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik sekali untuk mengadakan penelitian tentang perkembangan Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara sebelum dan sesudah terjadi kerusuhan massa tahun 1998.
B. Rumusan Masalah
Permasalan pokok yang dibahas dalam penulisan ini adalah perkembangan Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2009. Dan kajian ini difokuskan terhadap salah satu peristiwa yang menjadi tantangan atau ancaman terhadap keberadaan dan eksistensi perpustakaan di tahun 1998. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana asal-usul dan latar belakang berdirinya kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara serta siapa tokoh pencetusnya?
2. Peristiwa kerusuhan massa yang menyertai perkembangan perpustakaan dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara?
3. Bagaimana kondisi Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara sekarang dibanding dengan kondisi sebelum kerusuhan massa?
4. Bagaimana peran masyarakat dalam perkembangan Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mendiskripsikan dan menganalisis peristiwa berdirinya kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara dan menelusur tokoh yang menjadi pencetus didirikannya kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara.
2. Mendiskripsikan salah satu peristiwa hebat yang menyertai perkembangan dan menganalisis pengaruhnya terhadap perkembangan kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara.
3. Mendiskripsikan keadaan Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara sebelum dan sesudah peristiwa tesebut.
4. Mendiskripsikan peran masyarakat dalam perkembangan Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara
5. Membukukan peristiwa berdiri dan berkembangnya kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara.
D. Metode dan Teknik Penelitian
Metode adalah cara kerja untuk memahami objek suatu penelitian (Yudiono, 1986: 14). Metode ilmiah adalah cara dan sekaligus proses berlangsungnya kegiatan membangun ilmu pengetahuan dari pengetahuan yang masih bersifat prailmiah yang dilakukan secara sistematis dan mengikuti asas pengaturan prosedural teknik normatif, sehingga memenuhi persyaratan kesahihan atau kekhususan keilmuan yang lazim juga disebut validitas ilmiah yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan (Abdurrahmat, 2006: 59). Dan metode penelitian adalah cara kerja yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian (Abdurrahmat, 2006: 99).
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian kualitatif karena masalah yang diungkap memerlukan kedalaman kajian dan data yang dipelajari dalam penelitian ini lebih banyak berupa cerita dari tokoh yang menjadi sumber informasi.
Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan metode historis dan deskriptif, karena penulisan penelitian ini bersifat historis dan metode ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis peristiwa-peristiwa masa lampau. Metode ini bertumpu pada empat langkah kegiatan, yaitu:
1. heuristik (pengumpulan sumber)
Kegiatan ini merupakan teknik mencari dan mengumpulkan sumber-sumber historis. Menurut G.J. Reiner dalam Dudung (2007: 64) heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani dan memerinci bibliografi, atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.
Salah satu prinsip kegiatan ini adalah mencari sumber primer, yaitu sumber yang disampaikan oleh saksi mata. Hal ini dalam bentuk dokumen, arsip pemerintah dan sumber lisan yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan beberapa pelaku peristiwa dan saksi mata.
Namun begitu, untuk lebih memperkuat penulisan ini, penulis juga melakukan pencarian sumber primer, yaitu berita di koran, di internet dan majalah.
2. kritik sumber
Kritik sumber adalah teknik verifikasi untuk memperoleh keabsahan sumber yang meliputi keaslian sumber dan kesahihan sumber.
3. interpretasi
Interpretasi sering disebut juga dengan analisis yang bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Bekhofer, dikutip Alfian dalam Dudung (2007: 73)
4. historiografi
Fase terakhir adalah historiografi, merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan penelitian ilmiah yang telah dilakukan.
Sedangkan metode dalam melakukan pengumpulan data menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.
3. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan, arsip-arsip dan dokumentasi yang ada.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Bagi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara :
a. Sebagai sumbangan bagi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara dalam mengumpulkan informasi tentang keberadaan dan perkembangan Kantor Perpustakaan Daerah serta membukukannya.
b. Sebagai bahan kajian guna mengembangkan Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara selanjutnya.
2. Bagi Penulis :
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai penulisan ilmiah dalam hal ini tentang kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara serta penulis dapat menerapkan ilmu dan teori-teori yang telah diperoleh dari bangku kuliah.
3. Bagi Pemustaka :
a. Dapat memberikan gambaran kepada pemustaka tentang keberadaan dan perkembangan kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara.
b. Dapat memberikan bahan kajian bagi pemustaka dalam melakukan penelitian lain.
c. Dapat memberikan motivasi kepada pemustaka dalam hal ini masyarakat Kabupaten Jepara agar lebih meningkatkan minat bacanya.
F. Tinjauan Literatur
Karena perkembangan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari sejarah manusia maka mengkaji perjalanan perkembangan Perpustakaan juga mengkaji manusia dalam skala luas adalah masyarakat. Menurut Sulistyo Basuki (1993, 25) Perkembangan perpustakaan tidak terlepas dari perkembangan masyarakat. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan masyarakat mempengaruhi perkembangan perpustakaan. Selanjutnya juga menurut Sulistyo Basuki bahwa eksistensi perpustakaan dalam masyarakat tetap dipertahankan karena perpustakaan mempunyai fungsi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Menurut Sutarno (2006) perkembangan suatu perpustakaan dapat dilihat dari 4 sektor utama, yaitu:
1. Koleksi
2. Sumbar Daya Manusia
3. Masyarakat Pemakai
4. Sistem Layanan
Karena penulisan ilmiah ini lebih menggunakan pendekatan ilmu sejarah maka teori dan konsep yang penulis gunakan diantaranya juga menggunakan teori dan konsep ilmu sejarah. Para ahli di bidang sejarah menyatakan bahwa untuk mempermudah di dalam pengkajian terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau akan selalu membutuhkan teori dan konsep, yang keduanya berfungsi sebagai alat-alat analisis serta sintesis sejarah.
Teori ilmu sejarah yang penulis gunakan adalah teori kausalitas yang disampaikan Ankersmit bahwa kasualitas dalam pengkajian sejarah biasanya berkaitan dengan proses-proses perubahan sehingga menyebutkan sebab suatu peristiwa itu berkaitan erat dengan keterangan tentang perubahan (Abdurahman, 2007: 43). Selanjutnya Ankersmit juga menyampaikan bahwa hal ini sangat lazim karena suatu proses sejarah pada dasarnya adalah proses perubahan juga. Teori kasualitas secara umum dapat diklasifikasikan menjadi monokausalitas dan multikausalitas. Namun dalam penulisan ini yang penulis gunakan adalah monokausalitas yang artinya kausalitas peristiwa dirujuk pada suatu faktor saja, dalam hal penulisan ini adalah rasial.
Berikutnya, penulis juga menggunakan konsep sejarah yaitu konsep empirik. Konsep empirik adalah sesuatu yang dikonseptualisasikan itu dapat dibuktikan dan diukur dengan data pancaindra. Berdasarkan konsep empirik sesuatu itu dapatlah di telaah secara intelektual dan berbagai aspek yang ada di dalamnya dapat diidentifikasi dan dianalisis.
Secara umum, perkembangan peristiwa dalam kurun waktu tertentu memang bertemu dengan bermacam-macam perubahan yang mempengaruhinya. Menurut Poloma, mengenai perubahan sosial misalnya, pendekatan sejarah perlu melacak struktur sosial yang melatarbelakangi perubahan-perubahan dalam masyarakat, termasuk konflik-konflik sosial dan kepentingan, sistem-sistem tradisional dan keagamaan, dan pola hubungan antar kelompok dalam masyarakat yang bersangkutan (Abdurahman, 2007: 37).
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini meliputi komposisi sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, manfaat dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Berisi tentang penelitian terdahulu dan teori yang dipakai sebagai kajian analisis.
Bab III Lokasi dan Objek Penulisan
Berisi tentang gambaran umum keadaan lokasi penulisan dan keadaan objek penulisan.
Bab IV Pembahasan
Berisi tentang paparan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V Kesimpulan
Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya.
Setelah kesimpulan dicantumkan daftar pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007.
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Fathoni, Abdurrahmat. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2006

Selasa, 12 Januari 2010

MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA MAHASISWA Permasalahan dan Upayanya




MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA MAHASISWA
Permasalahan dan Upayanya










Oleh :

RATNA KRISWIJAYANTI
NIM : A2D309003






PROGRAM S I ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2009

MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA MAHASISWA
Permasalahan dan Upayanya


I. PENDAHULUAN
Minat baca adalah kekuatan yang mendorong untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat baca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.
Majunya sebuah bangsa tidak pernah lepas dari kegiatan belajar-mengajar yang berhasil. Belajar sendiri sangat identik dengan membaca. Membaca apa saja, mulai dari bahan hasil print media cetak ataupun media elektronik. Buku adalah satu dari beberapa jenis media yang banyak memberikan ilmu pengetahuan. Jenis buku itu sendiri dapat bermacam-macam, mulai dari buku pelajaran sampi buku cerita/novel. Selain buku, masih banyak lagi media lainnya yang bisa membagi informasi, ilmu pengetahuan dan wawasan. Contohnya adalah Koran, majalah, tabloid, dan yang paling canggih karena menggunakan media elektronik adalah internet. Namun, ternyata peminat bacaan kedua jenis media di atas adalah sangat rendah.
Kita bisa melihat seperti di perpustakaan, ada waktu ramai dan senggang dikunjungi orang. Pada waktu ramai misalnya, siswa/ mahasiswa akan berdatangan ke perpustakaan untuk membuat PR atau tugas, mencari bahan kuliah,atau mencari referensi. Itu semua adalah tuntutan sebagai salah satu kewajiban yang harus dipikul oleh seorang pelajar. Tapi, di luar itu apakah mereka akan membaca lagi? Jawabannya adalah “belum tentu”.
Rendahnya motivasi membaca ini juga diungkapkan oleh James Moffet, seorang spesialis seni bahasa dan co-pengarang buku Student-Centered Language Art K-12 mengatakan bahwa persoalan-persoalan membaca disebabkan oleh rendahnya motivasi siswa untuk membaca.

II. PERMASALAHAN
A. Indikator Rendahnya Minat Baca Mahasiswa
Berdasarkan beberapa kajian dan artikel yang diakses dari internet, ada beberapa indikator yang dapat diidentifikan sebagai faktor yang mempengaruhi minat baca mahasiswa, sebagai berikut ini.
  1. Seperti info yang dikutip dari sebuah situs, kurangnya minat baca pada mahasiswa pada umumnya dapat dibuktikan dari jumlah buku yang terbit di Indonesia. Jumlahnya hanya mencapai 5000-10.000 judul buku per tahun. Angka tersebut sangat kecil kalau dibandingkan dengan Malaysia yang menerbitkan 15.000 judul buku per tahun, dan Inggris lebih dari 100.000 judul per tahun.
  2. Dan juga dari berbagai sumber informasi yang dapat dipercaya, menunjukkan ada indikasi bahwa minat baca masyarakat masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 yang menunjukkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih banyak tertarik dan memilih untuk menonton TV (85,9%) dan atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%) (www.bps.go.id, diakses tanggal 24 Desember 2007).

B. Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca Mahasiswa
Mengapa minat baca mahasiswa dikatakan rendah? Ada banyak hal yang dikatakan oleh Arixs yang menjadi penyebab rendahnya minat baca pada mahasiswa, yaitu:
  1. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak/ siswa/ mahasiswa harus membaca buku, mencari informasi/ pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, sastra, dan lain-lain.
  2. Banyaknya tempat hiburan dan jenis hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian mereka dari menbaca buku.
  3. Budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Budaya tutur masih dominan daripada budaya membaca.
  4. Sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka.
  5. Tidak meratanya penyebaran bahan bacaan di berbagai lapisan masyarakat.
  6. Dorongan membaca tidak ditumbuhkan dalam jenjang pendidikan praperguruan tinggi.

III. UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA MAHASISWA
Berbagai rujukan di atas memberikan suatu hipotesis bahwa minat baca mahasiswa rendah. Sementara itu, infrastruktur yang mengkondisikan agar minat baca tumbuh dan berkembang. Maka, perlu upaya-upaya yang dilakukan agar minat baca dapat tumbuh sejak anak usia sekolah atau bahkan sejak dini.
Beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan minat baca pada mahasiswa ini antara lain dilakukan dengan cara :
  1. Proses pembelajaran di kampus harus dapat mengarahkan kepada peserta didik untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau sumber belajar lainnya. Disinilah peran dosen sebagai pendidik dan pengajar memberikan motivasi melalui pembelajaran mata pelajaran yang relevan memberi tugas kepada peserta didiknya.
  2. Menekan harga buku bacaan maupun buku pelajaran agar terjangkau oleh daya beli pelajar dan mahasiswa.
  3. Buku bacaan dikemas dengan gambar-gambar yang menarik. Bahkan seorang penulis Henny Supolo Sitepu mengemukakan bahwa komik adalah salah satu bentuk bacaan yang bisa menjadi salah satu “pintu masuk” untuk kesenangan anak membaca. Pesan yang disampaikan mudah dicerna anak. Komik, semisal Tintin, dari gambar tokohnya sudah bisa “berbicara” dan bikin tertawa. Bahkan anak yang belum bisa baca-tulis pun akan menangkap ceriteranya.
  4. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca mahasiswa. Baik di rumah maupun di sekolah.
  5. Menumbuhkan minat baca sejak dini. Bahkan sejak anak mengenal huruf. Di rumah orang tua memberikan contoh membaca untuk anak-anaknya.
  6. Meningkatkan frekuensi pameran buku di setiap kota/ kabupaten dengan melibatkan penerbit, LSM, perpustakaan, masyarakat pecinta buku, Depdiknas, dan sekolah-sekolah. Dengan mewajibkan pelajar dan mahasiswa untuk berkunjung pada pameran buku tersebut.
  7. Membentuk forum-forum diskusi yang tujuan utamanya adalah menumbuhkan dan meningkatkan minat baca para mahasiswanya sekaligus sebagai dasar membuat tulisan karena dalam forum ini mahasiswa akan meresensi buku yang disediakan pihak kampus.
  8. Kegiatan bedah buku dan semacamnya dengan harapan kesadaran mahasiswa akan pentingnya buku akan tumbuh.

IV. PEMANFAATAN TEORI KOMUNIKASI
Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin communication dan berasal dari bahasa inggris communis yang berarti sama, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Secara terminologis berarti proses penyampaian penyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Menurut Joseph A Devito adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan yang mendapat distorsi dan gangguan-gangguan yang menimbulkan efek dan kesempatan arus balik. Dan menurut Carld I Hoveland (1955) komunikasi adalah proses yang mana seorang individu (komunikator) mengoperkan stimuli (biasanya menggunakan lambing-lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu (komunikan) yang lain.
Jadi komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).
Dalam masalah ini penulis menggunakan teori komunikasi 2 teori yaitu:
  1. Teori Model Lasswell adalah Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
  2. Teori Ketergantungan (Dependency Theory) Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball Rokeach dan Melvin Defleur. Di dalam model mereka, mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar. Teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.

V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan tentang minat baca pada mahasiswa tersebut di atas, dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini.
  1. Bahwa minat baca masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa relatif rendah. Mereka lebih senang mencari hiburan pada acara di TV, warnet, mall, play station atau tempat hiburan lainnya di banding membaca buku di perpustakaan.
  2. Universitas dan dosen belum membudayakan mahasiswa untuk menggunakan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar. Sehingga mahasiswa sangat rendah apresiasinya terhadap karya sastra maupun buku maupun karya tulis lainnya.
  3. Minimnya koleksi buku-buku di perpustakaan. Di samping itu, perpustakaan yang ada tidak dikelola secara profesional.
  4. Jumlah perpustakaan tidak sepadan dengan jumlah penduduk di Indonesia. Sebagai contoh tidak semua kota/kabupaten di Indonesia memiliki perpustakaan. Sekarang kita baru memiliki 261 perpustakaan dari sekitar 450 kabupaten/kota se-Indonesia, ini berarti masih banyak kabupaten/kota yang belum memiliki perpustakaan.

B. Saran
Minat baca sebaiknya ditumbuhkan sejak usia dini yaitu sejak masa kanak-kanak. Minat membaca pada anak tidak akan terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh lingkungan anak. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dalam menanamkan, menumbuhkan dan minat baca anak. Anak-anak bisa diberi buku anak-anak seperti dongeng, legenda, dan buku cerita lainnya. Cerita dalam karya ini mengalir sedemikian rupa yang membuat anak-anak tertarik membacanya. Aktivitas seperti ini merupakan langkah awal yang baik untuk menggerakkan kemauan membaca.

REFERENSI

Arixs. 2006. Enam Penyebab Rendahnya Minat Baca. TOKOH, Bacaan Wanita dan Keluarga. Senin, 29 Mei 2006.

Hari Karyono Menunbuhkan minat baca sejak dini [online] Tersedia :http:// www.rumahcendaskreatif.com, diakses tanggal 25 desember 2009

Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Dedy, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Buku, jurnal, dan sumber dari internet yang relevan.